PERHATIAN UNTUK KOMUNITAS PESISIR DALAM PEMBERDAYAAN
Oleh: M. Agus Sulaiman, S.Pd
A. Latar
Belakang
Masyarakat bahari sejauh ini dianggap sebagai bagian dari kelompok
masyarakat pengelola kegiatan-kegiatan yang bersinergis dengan pesisir dan
laut. Untuk itu program pemberdayaan masyarakat bahari merupakan keharusan bagi
pembangunan sumberdaya pesisir secara komprehensif. Masyarakat bahari ini
sendiri merupakan bagian dari komunitas wisata bahari. Hal ini dikatakan
mengingat bahwa sekelompok masyarakat sosial yang berada pada satu wilayah dan
memiliki kesamaan habitat lingkungan dan ketertarikan yang sama dalam ruang
lingkup kepercayaan atau ruang lingkup yang lain (Wenger, 2002).Sumodiningrat (1996:185)
menyatakan memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat bermaksud untuk mengembangkan
kemampuan masyarakat agar secara berdiri sendiri memiliki ketrampilan untuk
mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Proses pemberdayaan masyarakat
berarti kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan keadaan sosial,
ekonomi dan kemampuanpolitiknya yang sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki
keduduknnya dimasyarakat, dengan kata lain proses pemberdayaan adalah setiap
usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran/pengertian dan
kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan/atau
politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadi
masayarakat yang berdaya.Salah satu gagasan untuk proses pemberdayaan tersebut adalah melalui
pengembangan sumberdaya manusia yang pada gilirannya mampu mengelola potensi
wisata pesisir yang lekat dengan wisata bahari yang mereka tekuni selama ini. Meskipun
beragam proses dan program dalam pemberdayaan masyarakat komunitas, namun
pengembangan sumberdaya manusia menjadi salah satu pendekatan yang strategis.
Hal ini salah satunya dijawab dengan pengembangan model kursus dan pelatihan
komunitas wisata bahari.
Masyarakat pesisir memiliki
karakteristik yang beragam. Meskipun secara umum biasanya mereka memiliki mata pencaharian sebagai pengelola wisata bahari dengan beragam tingkat
pengelolaan yang digunakan, namun sesungguhnya aspek ekonomi produktif yang
terjadi tidak sederhana. Ini terjadi karena interaksi ekonomi juga dipengaruhi
oleh ikatan sosial dan sebaliknya. Pemberdayaan berbasis komunitas wisata
bahari djuga tidak bisa lepas dari peran dinas pariwisata, lembaga kursus dan
pelatihan (LKP) dan kelompok komunitas wisata yang sudah ada. Untuk konteks di
wilayah Tual Provinsi Maluku Tenggara, kerjasama keluarga dalam pemilik
fasiltas wisata memiliki peran penting
dalam pengelolaan wisata bahari mulai dari penataan dan pengelolaan. Kajian
lapangan ini dilakukan dengan menggunakan penggabungan beragam pendekatan yakni
terfokus dengan kelompok pengelola wisata di Pasir Panjang Tual Maluku Tenggara
dan Pantai Hamadi, Dinas Pariwisata, LKP, SMK Pariwisata, LSM dan tokoh
masyarakat pesisir.
C. Tujuan Pengembangan
Keterlaksanaan
penyuluhan komunitas sadar wisata bahari yang diprakarsai oleh LKP.


1. ALUR MODEL PENGEMBANGAN
KOMUNITAS WISATA BAHARI
I.
Perencanaan
(Planning)
Perecanaan
yang dilakukan dalam pengembangan model pembentukan komunitas wisata bahari
adalah akan terciptanya sinergisitas antara LKP, Komunitas terbentuk dan
stakeholder yang ada di daerah guna membetuk pengembangan kemandirian
pengelolaan kepariwisataan. Dengan demikian tugas dan tanggung jawab
pelaksanaan pembentukan komunitas sadar wisata bahari nantinya akan lebih
sinergis karena seluruh pihak mengambil bagian dalam mendukung pengembangan
model kursus dan pelatihan tersebut. Berikut adalah penjabaran masing-masing komponen
dalam hirarki model yang dikembangkan :
a)
LKP
Dalam tahap perencanaan LKP melakukan kegiatan
sosialisasi informasi tentang pembentukan komunitas sadar wisata bahari dengan
mengumpulkan masyarakat yang ada di wilayah pesisir yang selama ini bergelut
dalam pengelolaan wisata bahari serta mengundang stakeholders seperti Dinas
Pariwisata Kota/Kabupaten, LSM, SMK Pariwisata. Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan diharapkan nantinya LKP
mendapatkan tanggapan positif oleh seluruh peserta yang hadir. Bersarkan hasil
FGD sendiri didapatkan informasi dan keinginan terkait dengan kebutuhan
komunitas di dalam mengelola pariwisata. Kemudian LKP segera membuat silabus atau
rencana pelaksanaan penyuluhan dengan alokasi waktu 80 jam pelaksanaan
penyuluhan.
b)
Dinas
Pariwisata
Dalam tahap perencanaan Dinas Pariwisata
sebagai pemangku kepentingan dan penanggung jawab dalam birokrasi
kepariwisataan memberikan informasi terkait pentingnya pembentukan komunitas
dan pentingnya penerapan Sapta Pesona kepada komunitas sadar wisata bahari yang
terbentuk. Mengingat komunitas sadar wisata bahari sebagai garda terdepan dalam
pengelolaan kepariwisataan dengan tetap mengacu pada program Dinas Pariwisata
yakni Sapta Pesona.
c)
SMK
Pariwisata
Sebagai salah satu institusi pendidikan formal
yang turut serta dalam pengembangan kepariwisataan, SMK tentunya berkewajiban
memberikan kontribusi kepada pengembangan komunitas sadar wisata bahari
berkaitan dengan keikutsertaan dalam pengembangan komunitas sadar wisata
bahari. Mengingat komunitas wisata bahari yang terbentuk adalah pendidikan non
formal maka SMK dapat ikut mengambil bagian dalam pengelolaannya.
d)
LSM
Pariwisata
Berkaitan dengan fungsi LMS sebagai lembaga
yang independen memberikan edukasi, tentunya LSM Pariwisata akan memberikan
kontribusi edukasi terkait dengan apa, dimana dan bagaimana pengelolaan wilayah
pesisir yang baik sehingga kelangsungan ekosistem wilayah pesisir akan tetap
terjaga sehingga dapat mempertahankan nilai jual dari wisata bahari itu
sendiri.
II.
Pelaksanaan
(Action)
Dalam pelaksanaan kegiatan
pembentukan komunitas sadar wisata bahari yang dilakukan oleh LKP merekrut 10 –
25 orang masyarakat yang selama ini bergelut dalam pengelolaan wisata bahari
dengan mendapatkan persetujuan dari Tokoh Masayarakat setempat. Hal ini
dilakukan agar tidak adanya permasalahan internal di masyarakat di waktu yang
akan datang terkait dengan hasil yang akan didapatkan dari pengembangan
komunitas sadar wisata bahari tersebut.
Setelah seluruh persiapan
pembentukan komunitas telah dilaksanakan, maka LKP datang ke Dinas Pariwisata
setempat atau ke stakeholder dengan membawa konsep Komunitas Sadar
Wisata Bahari. Diharapkan adanya LKP ini sebagai penggerak dari komunitas
disambut baik oleh Dinas Pariwisata dan akan bersedia memberikan materi
bersifat supporting atau penyuluhan yang berarti kepada komunitas
yang mengelola wisata bahari.
Di pihak Dinas Pariwisata sendiri
mempunyai program sapta pesona, dari sinilah maksud LKP untuk menjemput program
ini sebagai pemrakarsa untuk mendukung program sapta pesona yang akan
diimplementasikan di komunitas sadar wisata bahari. Isi dari sapta pesona itu
sendiri adalah: Keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan
dan kenangan. Berikut adalah peran dan teknis pelaksanaan dalam pelatihan yang
diberikan kepada komunitas sadar wisata bahari yaitu :
1. LKP berperan
sebagai agen penggerak masing-masing pihak yang sudah diajak kerjasama dan
komunitas yang sudah dibentuk. Pada awalnya LKP telah membentuk komunitas/
menemukan komunitas dan berinisiatif untuk mengoptimalkan komunitas tersebut
dengan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata stakeholder yang membidangi
pariwisata.
2. Dinas Pariwisata
berperan menyiapkan tenaga-tenaga edukatif atau penyuluh untuk memberikan
materi kepada komunitas sadar wisata bahari, melakukan monitoring dan evaluasi
bersama LKP dalam pelaksanaan program wisata bahari, mempublikasikan
hasil-hasil program kerja LKP dan masyarakat lewat media massa (media cetak
maupun media sosial), memberikan fasilitas penunjang jika dibutuhkan dalam
pencapaian target program sadar wisata bahari, memberikan kemudahan akses
kunjungan wisatawan, mengontrol dan memberikan standar nilai pelayanan wisata
bahari, Mengajak dan menyuarakan program sadar wiasata bahari kepada
masyarakat.
3. LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) yang diikutsertakan dalam kerjasama mengoptimalkan sadar
wisata bahari, maka peran-peran yang dapat diambil sebagai berikut: 1.
Memberikan sosialisasi tentang kondisi sistem ekologi di wilayah tersebut,
seperti: a) Edukasi tentang konservasi terumbu karang, b) Edukasi tentang
konservasi kehidupan kura-kura/ penyu, c) Edukasi tentang konservasi ekosistem
mangrove, d) Edukasi tentang ekosistem batu karang, e) Edukasi tentang
ekosistem pantai dan f) Edukasi pengelolaan sampah/ limbah pantai. Apabila LSM
itu bergerak di bidang sosial, ekonomi dan budaya maka kewajiban yang harus
dilakukan adalah: a) Memberikan edukasi terkait pentingnya wisata bahari, b)
Memberikan edukasi perekonomian masyarakat dari sektor wisata, c) Edukasi
nilai-nilai budaya dan d) Edukasi strategi manajemen pengelolaan keuangan.
Dalam pelaksanaannya dalam pengelolaannya bisa memilih sektor
yang akan dikonsentrasikan. Yaitu dengan melibatkan dinas pariwisata untuk
melihat apa yang perlu di kembangkan dalam komunitas tersebut. Isi dari sapta
pesona itu sendiri adalah: Keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramahan dan kenangan.
Dari rangkaian kegiatan yang diberikan Dinas pariwisata atau Stake
holder di bidang pariwisata kepada komunitas ini diharapkan dapat mendukung
tujuan sapta pesona. Isi materi yang diselenggarakan oleh dinas pariwisata
adalah inisiatif muncul dari LKP yang telah membentuk komunitas dan berdasarkan
kebutuhan dari komunitas itu sendiri, misalkan: komunitas menginginkan tempat
tinggal di sekitar lokasi lebih indah, maka Dinas Pariwisata berkewajiban untuk
memberikan materi tentang keindahan berdasarkan isi sapta pesona.
Hasil yang diharapkan dari penyuluhan yang diberikan oleh
stakeholder kepada komunitas sadar wisata bahari yang terbentuk oleh LKP adalah
kemampuan, kemandirian, pemahaman yang baik terkait dengan pengelolaan wisata
bahari, sehingga komunitas ini akan lebih terampil dalam pengelolaan wisata
bahari.
III.
Pengendalian
Dalam pengendalian pelaksanaan program pembentukan komunitas
sadar wisata bahari ini yang bertindak sebagai pelaku monitoring dan evaluasi
adalah LKP dan Dinas Pariwisata. Sehingga hasil dari pelaksanaan pelatihan yang
diberikan kepada komunitas sadar wisata bahari menjadi bahan evaluasi bersama
stakeholder.
PENYELENGGARAAN
Model penyuluhan kepada komunitas ini disusun
berdasarkan alur logis pemberdayaan komunitas wisata bahari dengan
bidang-bidang penguatan sebagai berikut :
A. Bidang Pengembangan Organisasi Komunitas.
Bidang ini berisi mulai dari pemetaan diri, kebutuhan membangun
jaringan, penyusunan organisasi komunitas dan mekanisme kerjanya, serta
membangun kerangka program sesuai tujuan organisasi. Dalam hal ini termasuk:
a.
Penyadaran
diri (konsep diri, konsep dasar pemetaan potensi diri dan bagi masyarakatnya,
pemetaan kebutuhan spesifik masyarakat pesisir, laki-laki dan perempuan)
b.
Motivasi
Berkelompok
c.
Membangun
Organisasi (menetapkan visi dan tujuan kelompok, membangun kriteria keanggotaan
dan aturan, menyusun rencana kerja, dan lain-lain)
d.
Memilih dan
memulai kegiatan awal (pengikat organisasi)
Membangun kader terutama untuk membangun jiwa kepemimpinan dan
keterwakilan kelompok dalam membangun jejaring dengan lembaga lain.
B.
Penerapan
Sapta Pesona.
Bidang etika dan keamanan adalah pilihan utama yang banyak dipilih
oleh komunitas terutama di Jayapura. Hal ini bertujuan
untuk memberikan penyuluhan bagi
komunitas wisata bahari karena berkaitan dengan interaksi langsung dengan wisatawan yang datang berkunjung. Pendidikan
etika penting dilakukan karena berkaitan juga dengan salah satu butir sapta
pesona Dinas Pariwisata yaitu keramahtamahan yang diberikan komunitas pengelola
wisata bahari terhadap wisatawan. Serta bagaimana menjaga keamanan yang
diberikan oleh penyuluh dari Dinas Pariwisata, isi dari penyuluhan tersebut
kurang lebih bagaimana menjaga stabilitas keamanan di lokasi wisata.
C.
Pelestarian
Lingkungan dan Sumberdaya Alam
Pelestarian Lingkungan dan Sumberdaya Alam menjadi penting
terutama bagi kelestarian ekosistem laut dan daya dukungnya bagi penghidupan
masyarakat pesisir. Dalam bidang ini ada dua unsur pokok yang akan dibahas:
a.
Pelestarian
kawasan pesisir. Bagian ini akan membahas mengenai manfaat, tatacara dan bentuk
rencana aksi masyarakat dalam melestarikan kawasan pesisir agar terus
produktif.
b.
Sanitasi
lingkungan. Bagian ini akan membahas mengenai fungsi dan manfaat kesehatan
lingkungan. Selain itu, juga dijelaskan tentang tata cara pencegahan penyakit
akibat lingkungan wisata bahari yang tidak sehat dan rencana aksi dari
masyarakat sasaran dalam meningkatkan kesehatan lingkungan wilayah pesisir.
c.
Pengelolaan
sampah merupakan bidang yang perlu pembahasan dalam pendampingan LKP komunitas
wisata bahari. Bagian ini akan dibahas mengenai manfaat dan bahaya sampah,
teknik pengelolaan sampah pada area pondok-pondok wisata dan homestay atau
lingkungan pesisir untuk didaur ulang, dipergunakan kembali dan diproduks. Hal
ini berkaitan juga dengan konsep sapta pesona yakni kenyamanan yang dirasakan
oleh wisatawan karena mendapatkan tempat wisata yang nyaman dan bersih sehingga
seimbang dengan keinginan berwisata dari sumber daya alam yang dikunjungi.
Bidang-bidang yang terstruktur di atas selanjutnya dituangkan
dalam bentuk muatan pelatihan guna menetapkan kompetensi yang dikehendaki serta
indikator capaiannya. Perlu diingat bahwa struktur bidang di atas dipilih
berdasar kajian kebutuhan lapangan bagi pemberdayaan komunitas wisata bahari,
termasuk kelompok perempuan dan diskusi mendalam untuk mengungkap pengalaman
pendampingan pemberdayaan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh LKP. Dalam hal
ini adalah penyusunan berdasarkan alur logis (sekuensial). Namun
demikian, bukan berarti bahwa satu bidang harus diselesaikan dengan tuntas lalu
melangkah pada bidang selanjutnya. Sebagaimana ilmu sosial lainnya yang
dinamis, demikian halnya pendidikan untuk pemberdayaan masyarakat pesisir
menerapkan struktur bidang bersifat spiral dan elastis.
Muatan model pelatihan disusun dengan muatan materi dasar dan
indikator capaian yang diharapkan menjawab kebutuhan untuk pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.
Peningkatan kesadaran kritis dalam menyikapi konsep-konsep dasar
dari pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Maluku Tenggara berkaitan dengan
konsepsapta pesona yakni, Keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramahan dan kenangan. Hal yang dominan masih menjadi kendala pada
pengelolaan wisata bahari dari komunitas sendiri adalah faktor keamanan,
kebersihan dan keramahan. Sehingga metode pelatihan difokuskan pada ketiga hal
tersebut.
Berikut disampaikan dalam matriks metode pelatihan pemberdayan
komunitas wisata bahari berbasis pengelolaan wisata di Pasir Panjang Kabupaten
Maluku Tenggara dan Pantai Hamadi Kota Jayapura .
Tabel 1. Matriks isi penyuluhan di komunitas sadar
wisata bahari
No
Bidang
Kompetensi
Materi
Indikator
1
Pengembangan Organisasi
Mampu membangun institusi untuk penguatan
diri dan kelompok dengan tujuan yang jelas dan kegiatan yang positif untuk
mencapai tujuan bersama
Pengertian, tujuan dan manfaat organisasi
a.
Terampil menyusun kebutuhan
prioritas diri dalam kelompok
b.
Terampil menggunakan kelebihan untuk
menajukan diri
c.
Menyusun resncana aksi teknis
pelaksanaan kebutuhan diri dan kelompok serta teknis alternatif jika
menemukan kendala.
d.
Mendampingi kelompok/ individu dalam
rencana aksi
2
Sapta Pesona
Mampu mengetahui isi sapta pesona dan
mengimplementasikan sapta pesona di bidang pariwisata yang dikelola komunitas
Keamanan,
ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan.
a.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga keamanan tempat
wisata,
b.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga ketertiban tempat
wisata,
c.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga kebersihan tempat
wisata,
d.
Komuitas mampu memahami bagaimana melestarikan tempat yang sejuk
bagi wisatawan,
e.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga keindahan tempat
wisata,
f.
Komunitas mampu memahami bagaimana beramah tamah dengan wisatawan
yang berkunjung di tempat wisata,
g.
Komunitas mampu memberikan kenangan yang sangat berkesan bagi
wisatawan yang berkunjung
No
Bidang
Kompetensi
Materi
Indikator
3
Pelestarian lingkungan dan sumber daya alam
Mampu melakukan kegiatan (aksi) sebagai
bentuk kepedulian dalam melestarikan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya
ala
Pelestarian kawasan Pesisir
a. Mendeskripsikan fungsi dan manfaat
pelestarian kawasan pesisir.
b. Terampil mempraktekkan proses tahapan
pelestarian kawasan pesisir.
c. Mengembangkan rencana kegiatan pelestarian
kawasan pesisir berdasarkan analisis kebutuhan dan kondisi lingkungan.
Sanitasi
a. Mendeskripsikan fungsi dan manfaat kesehatan
lingkungan
b. Keterampilan melakukan pencegahan penyakit
akibat lingkungan pengelolaan wisata bahari yang tidak sehat
c. Mengembangkan rencana sosialisasi kesehatan
lingkungan terhadap keelompok komunitas wisata bahari
Pengeloaan
sampah
a. Mengetahui manfaat dan bahay sampah untuk
kesehatan lingkungan
b. Mengetahui teknik dasar pengelolaan sampah
c. Termampil mempraktekan tata cara sampah yang
dapat didaur ulang dan digunakan kembali.
d. Mengembangkan rencana kegiatan pengelolaan
sampah dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) pada pondok-pondok wisata
dan homestay.
4
Bidang Etika dan Keamanan
Mampu melakukan interaksi yang baik dengan
tata bahasa pelayanan dan body langue
kepada wisatawan sesuai dengan SOP.
Etika Pelayanan
a. Terampil menggunakan tata bahasa yang baik
dan benar sesuai dengan etika berbicara
b. Terampil menggunakan gesture saat memberikan
pelayanan dan interaksi dengan wisatawan
c. Mendeskripsikan fungsi SOP dengan baik dan
benar.
Pelayanan
Keamanan
a.
Mengurangi
tingkat pelayanan dalam kondisi tidak normal (Mabuk)
b.
Melatih
pengamanan terhadap barang bawaan wisatawan
c.
Terampil
menjaga keamanan lingkungan tempat wisata.
PENJAMINAN MUTU
Untuk penjaminan mutu pelaksanaan komunitas sadar wisata bahari ini
dibutuhkan kerjasama antara dua lembaga, yaitu: LKP dan Dinas Pariwisata atau stakeholders
yang terlibat dalam penyuluhan di komunitas sadar wisata bahari ini. Contoh
bentuk evaluasinya adalah sebagai berikut:
Untuk
melakukan evaluasi penyuluhan sapta pesona yang dilakukan Dinas Pariwisata
kepada komunitas:
VARIABEL : Persepsi Proses Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
INFORMASI
YANG DIBUTUHKAN
INDIKATOR
METODE
RESPONDEN
WAKTU
TEKNIK
INSTRUMEN
Persepsi Proses
Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
1.
Bagaimana Pengetahuan Komunitas terhadap sapta pesona
Wawancara
Kuesioner
Anggota Komunitas
Awal Kegiatan
2.
Bagaimana kualitas materi penyuluhan yang diberikan
Wawancara
Kuesioner
Anggota Komunitas
Awal Kegiatan
PENILAIAN: Persepsi Proses Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
INFORMASI YANG
DIBUTUHKAN
INDIKATOR
ASPEK
YANG DINILAI
SKOR
Persepsi
penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
1.
Bagaimana Pengetahuan Komunitas terhadap sapta pesona
1.
Kemampuan menjelaskan maksud dan tujuan sapta pesona
BS B C K KS
5
4 3 2 1
2
2.
Bagaimana kualitas materi penyuluhan
1.
Apakah materi yang diberikan oleh penyuluh sudah sesuai dengan sapta
pesona
BS B C K KS
5
4 3 2 1
4
J U M L A H
6
Penilaian informasi yang didapatkan
INFORMASI
YANG DIBUTUHKAN
INDIKATOR
JUMLAH
SKOR
N
MEAN
Persepsi
Penyuluhan oleh Dinas pariwisata
1.
Kemampuan menjelaskan maksud dan tujuan sapta pesona
2
1
2
1.
Apakah materi yang diberikan oleh penyuluh sudah sesuai dengan sapta
pesona
4
1
4
J U M L A H
6
2
3
PENILAIAN VARIABEL : Persepsi Proses Penyuluhan oleh Dinas
Pariwisata
Mencari rata-rata skor atau mean
didapatkan dari dengan menggunakan rumus :
M = 
Keterangan: M = Mean atau
Rata-Rata
∑ = Jumlah
N
= Jumlah Instrumen
Indikator Persepsi
Proses Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
1.
Penilaian Kemampuan menjelaskan maksud dan
tujuan sapta pesona dengan nilai rata-rata:
M
= 2/1 = 2
2.
Penilaian Apakah materi yang diberikan oleh
penyuluh sudah sesuai dengan sapta pesona dengan nilai:
M
= 4/1 = 4
Hasil
dari penilaian indikator
persepsi proses penyuluhan oleh Dinas Pariwisata mendapat Pelaksanaan
Pembentukan Komunitas nilai
rata-rata :
M =
3
Gambar
1
Garis Kontinum
Penilaian Variabel persepsi proses penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
KS K 2,50 C B BS

1 2 3 4 5

1,5 2,5 3,5 4,5
KETERANGAN :
-
Katergori
BAIK SEKALI berada dalam wilayah skor 4,50
– 5.0
-
Kategori
BAIK berada dalam wilayah skor 3,50 - < 4,5
-
Kategori
CUKUP berada dalam wilayah skor 2,50
- < 3,5
-
Kategori
KURANG berada dalam wilayah skor 1,50
- < 2,5
-
Kategori
KURANG SEKALI berada dalam wilayah skor 3,50 - < 4,5
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Persepsi
tentang penyuluhan oleh Dinas pariwisata kepada Komunitas yang diprakarsai oleh
LKP berada pada skor 3 yang berarti adalah cukup, namun harus dipertajam dalam
materi terkait maksud dan tujuan sapta pesona kepada komunitas.
PENUTUP
Harapan
dari tim pengembang adalah komunitas yang telah dibentuk oleh LKP dapat
mengimplementasikan sapta pesona yang telah diberikan oleh tenaga penyuluh dari
Dinas Pariwisata setempat sebagai wujud mengembangkan kemampuan secara mandiri
khususnya dalam pengelolaan wisata bahari.
Dengan
syarat LKP dapat membentuk komunitas sesuai penduan pembentukan komunitas sadar
wisata bahari dan melakukan kerjasama dengan Dinas Pariwisata atau stakeholders
yang berkepentingan dalam bidang pariwisata.
Oleh: M. Agus Sulaiman, S.Pd
A. Latar
Belakang
Masyarakat bahari sejauh ini dianggap sebagai bagian dari kelompok
masyarakat pengelola kegiatan-kegiatan yang bersinergis dengan pesisir dan
laut. Untuk itu program pemberdayaan masyarakat bahari merupakan keharusan bagi
pembangunan sumberdaya pesisir secara komprehensif. Masyarakat bahari ini
sendiri merupakan bagian dari komunitas wisata bahari. Hal ini dikatakan
mengingat bahwa sekelompok masyarakat sosial yang berada pada satu wilayah dan
memiliki kesamaan habitat lingkungan dan ketertarikan yang sama dalam ruang
lingkup kepercayaan atau ruang lingkup yang lain (Wenger, 2002).Sumodiningrat (1996:185)
menyatakan memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat bermaksud untuk mengembangkan
kemampuan masyarakat agar secara berdiri sendiri memiliki ketrampilan untuk
mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Proses pemberdayaan masyarakat
berarti kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan keadaan sosial,
ekonomi dan kemampuanpolitiknya yang sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki
keduduknnya dimasyarakat, dengan kata lain proses pemberdayaan adalah setiap
usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran/pengertian dan
kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan/atau
politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadi
masayarakat yang berdaya.Salah satu gagasan untuk proses pemberdayaan tersebut adalah melalui
pengembangan sumberdaya manusia yang pada gilirannya mampu mengelola potensi
wisata pesisir yang lekat dengan wisata bahari yang mereka tekuni selama ini. Meskipun
beragam proses dan program dalam pemberdayaan masyarakat komunitas, namun
pengembangan sumberdaya manusia menjadi salah satu pendekatan yang strategis.
Hal ini salah satunya dijawab dengan pengembangan model kursus dan pelatihan
komunitas wisata bahari.
Masyarakat pesisir memiliki
karakteristik yang beragam. Meskipun secara umum biasanya mereka memiliki mata pencaharian sebagai pengelola wisata bahari dengan beragam tingkat
pengelolaan yang digunakan, namun sesungguhnya aspek ekonomi produktif yang
terjadi tidak sederhana. Ini terjadi karena interaksi ekonomi juga dipengaruhi
oleh ikatan sosial dan sebaliknya. Pemberdayaan berbasis komunitas wisata
bahari djuga tidak bisa lepas dari peran dinas pariwisata, lembaga kursus dan
pelatihan (LKP) dan kelompok komunitas wisata yang sudah ada. Untuk konteks di
wilayah Tual Provinsi Maluku Tenggara, kerjasama keluarga dalam pemilik
fasiltas wisata memiliki peran penting
dalam pengelolaan wisata bahari mulai dari penataan dan pengelolaan. Kajian
lapangan ini dilakukan dengan menggunakan penggabungan beragam pendekatan yakni
terfokus dengan kelompok pengelola wisata di Pasir Panjang Tual Maluku Tenggara
dan Pantai Hamadi, Dinas Pariwisata, LKP, SMK Pariwisata, LSM dan tokoh
masyarakat pesisir.
C. Tujuan Pengembangan
Keterlaksanaan
penyuluhan komunitas sadar wisata bahari yang diprakarsai oleh LKP.


1. ALUR MODEL PENGEMBANGAN
KOMUNITAS WISATA BAHARI
I.
Perencanaan
(Planning)
Perecanaan
yang dilakukan dalam pengembangan model pembentukan komunitas wisata bahari
adalah akan terciptanya sinergisitas antara LKP, Komunitas terbentuk dan
stakeholder yang ada di daerah guna membetuk pengembangan kemandirian
pengelolaan kepariwisataan. Dengan demikian tugas dan tanggung jawab
pelaksanaan pembentukan komunitas sadar wisata bahari nantinya akan lebih
sinergis karena seluruh pihak mengambil bagian dalam mendukung pengembangan
model kursus dan pelatihan tersebut. Berikut adalah penjabaran masing-masing komponen
dalam hirarki model yang dikembangkan :
a)
LKP
Dalam tahap perencanaan LKP melakukan kegiatan
sosialisasi informasi tentang pembentukan komunitas sadar wisata bahari dengan
mengumpulkan masyarakat yang ada di wilayah pesisir yang selama ini bergelut
dalam pengelolaan wisata bahari serta mengundang stakeholders seperti Dinas
Pariwisata Kota/Kabupaten, LSM, SMK Pariwisata. Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan diharapkan nantinya LKP
mendapatkan tanggapan positif oleh seluruh peserta yang hadir. Bersarkan hasil
FGD sendiri didapatkan informasi dan keinginan terkait dengan kebutuhan
komunitas di dalam mengelola pariwisata. Kemudian LKP segera membuat silabus atau
rencana pelaksanaan penyuluhan dengan alokasi waktu 80 jam pelaksanaan
penyuluhan.
b)
Dinas
Pariwisata
Dalam tahap perencanaan Dinas Pariwisata
sebagai pemangku kepentingan dan penanggung jawab dalam birokrasi
kepariwisataan memberikan informasi terkait pentingnya pembentukan komunitas
dan pentingnya penerapan Sapta Pesona kepada komunitas sadar wisata bahari yang
terbentuk. Mengingat komunitas sadar wisata bahari sebagai garda terdepan dalam
pengelolaan kepariwisataan dengan tetap mengacu pada program Dinas Pariwisata
yakni Sapta Pesona.
c)
SMK
Pariwisata
Sebagai salah satu institusi pendidikan formal
yang turut serta dalam pengembangan kepariwisataan, SMK tentunya berkewajiban
memberikan kontribusi kepada pengembangan komunitas sadar wisata bahari
berkaitan dengan keikutsertaan dalam pengembangan komunitas sadar wisata
bahari. Mengingat komunitas wisata bahari yang terbentuk adalah pendidikan non
formal maka SMK dapat ikut mengambil bagian dalam pengelolaannya.
d)
LSM
Pariwisata
Berkaitan dengan fungsi LMS sebagai lembaga
yang independen memberikan edukasi, tentunya LSM Pariwisata akan memberikan
kontribusi edukasi terkait dengan apa, dimana dan bagaimana pengelolaan wilayah
pesisir yang baik sehingga kelangsungan ekosistem wilayah pesisir akan tetap
terjaga sehingga dapat mempertahankan nilai jual dari wisata bahari itu
sendiri.
II.
Pelaksanaan
(Action)
Dalam pelaksanaan kegiatan
pembentukan komunitas sadar wisata bahari yang dilakukan oleh LKP merekrut 10 –
25 orang masyarakat yang selama ini bergelut dalam pengelolaan wisata bahari
dengan mendapatkan persetujuan dari Tokoh Masayarakat setempat. Hal ini
dilakukan agar tidak adanya permasalahan internal di masyarakat di waktu yang
akan datang terkait dengan hasil yang akan didapatkan dari pengembangan
komunitas sadar wisata bahari tersebut.
Setelah seluruh persiapan
pembentukan komunitas telah dilaksanakan, maka LKP datang ke Dinas Pariwisata
setempat atau ke stakeholder dengan membawa konsep Komunitas Sadar
Wisata Bahari. Diharapkan adanya LKP ini sebagai penggerak dari komunitas
disambut baik oleh Dinas Pariwisata dan akan bersedia memberikan materi
bersifat supporting atau penyuluhan yang berarti kepada komunitas
yang mengelola wisata bahari.
Di pihak Dinas Pariwisata sendiri
mempunyai program sapta pesona, dari sinilah maksud LKP untuk menjemput program
ini sebagai pemrakarsa untuk mendukung program sapta pesona yang akan
diimplementasikan di komunitas sadar wisata bahari. Isi dari sapta pesona itu
sendiri adalah: Keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan
dan kenangan. Berikut adalah peran dan teknis pelaksanaan dalam pelatihan yang
diberikan kepada komunitas sadar wisata bahari yaitu :
1. LKP berperan
sebagai agen penggerak masing-masing pihak yang sudah diajak kerjasama dan
komunitas yang sudah dibentuk. Pada awalnya LKP telah membentuk komunitas/
menemukan komunitas dan berinisiatif untuk mengoptimalkan komunitas tersebut
dengan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata stakeholder yang membidangi
pariwisata.
2. Dinas Pariwisata
berperan menyiapkan tenaga-tenaga edukatif atau penyuluh untuk memberikan
materi kepada komunitas sadar wisata bahari, melakukan monitoring dan evaluasi
bersama LKP dalam pelaksanaan program wisata bahari, mempublikasikan
hasil-hasil program kerja LKP dan masyarakat lewat media massa (media cetak
maupun media sosial), memberikan fasilitas penunjang jika dibutuhkan dalam
pencapaian target program sadar wisata bahari, memberikan kemudahan akses
kunjungan wisatawan, mengontrol dan memberikan standar nilai pelayanan wisata
bahari, Mengajak dan menyuarakan program sadar wiasata bahari kepada
masyarakat.
3. LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) yang diikutsertakan dalam kerjasama mengoptimalkan sadar
wisata bahari, maka peran-peran yang dapat diambil sebagai berikut: 1.
Memberikan sosialisasi tentang kondisi sistem ekologi di wilayah tersebut,
seperti: a) Edukasi tentang konservasi terumbu karang, b) Edukasi tentang
konservasi kehidupan kura-kura/ penyu, c) Edukasi tentang konservasi ekosistem
mangrove, d) Edukasi tentang ekosistem batu karang, e) Edukasi tentang
ekosistem pantai dan f) Edukasi pengelolaan sampah/ limbah pantai. Apabila LSM
itu bergerak di bidang sosial, ekonomi dan budaya maka kewajiban yang harus
dilakukan adalah: a) Memberikan edukasi terkait pentingnya wisata bahari, b)
Memberikan edukasi perekonomian masyarakat dari sektor wisata, c) Edukasi
nilai-nilai budaya dan d) Edukasi strategi manajemen pengelolaan keuangan.
Dalam pelaksanaannya dalam pengelolaannya bisa memilih sektor
yang akan dikonsentrasikan. Yaitu dengan melibatkan dinas pariwisata untuk
melihat apa yang perlu di kembangkan dalam komunitas tersebut. Isi dari sapta
pesona itu sendiri adalah: Keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramahan dan kenangan.
Dari rangkaian kegiatan yang diberikan Dinas pariwisata atau Stake
holder di bidang pariwisata kepada komunitas ini diharapkan dapat mendukung
tujuan sapta pesona. Isi materi yang diselenggarakan oleh dinas pariwisata
adalah inisiatif muncul dari LKP yang telah membentuk komunitas dan berdasarkan
kebutuhan dari komunitas itu sendiri, misalkan: komunitas menginginkan tempat
tinggal di sekitar lokasi lebih indah, maka Dinas Pariwisata berkewajiban untuk
memberikan materi tentang keindahan berdasarkan isi sapta pesona.
Hasil yang diharapkan dari penyuluhan yang diberikan oleh
stakeholder kepada komunitas sadar wisata bahari yang terbentuk oleh LKP adalah
kemampuan, kemandirian, pemahaman yang baik terkait dengan pengelolaan wisata
bahari, sehingga komunitas ini akan lebih terampil dalam pengelolaan wisata
bahari.
III.
Pengendalian
Dalam pengendalian pelaksanaan program pembentukan komunitas
sadar wisata bahari ini yang bertindak sebagai pelaku monitoring dan evaluasi
adalah LKP dan Dinas Pariwisata. Sehingga hasil dari pelaksanaan pelatihan yang
diberikan kepada komunitas sadar wisata bahari menjadi bahan evaluasi bersama
stakeholder.
PENYELENGGARAAN
Model penyuluhan kepada komunitas ini disusun
berdasarkan alur logis pemberdayaan komunitas wisata bahari dengan
bidang-bidang penguatan sebagai berikut :
A. Bidang Pengembangan Organisasi Komunitas.
Bidang ini berisi mulai dari pemetaan diri, kebutuhan membangun
jaringan, penyusunan organisasi komunitas dan mekanisme kerjanya, serta
membangun kerangka program sesuai tujuan organisasi. Dalam hal ini termasuk:
a.
Penyadaran
diri (konsep diri, konsep dasar pemetaan potensi diri dan bagi masyarakatnya,
pemetaan kebutuhan spesifik masyarakat pesisir, laki-laki dan perempuan)
b.
Motivasi
Berkelompok
c.
Membangun
Organisasi (menetapkan visi dan tujuan kelompok, membangun kriteria keanggotaan
dan aturan, menyusun rencana kerja, dan lain-lain)
d.
Memilih dan
memulai kegiatan awal (pengikat organisasi)
Membangun kader terutama untuk membangun jiwa kepemimpinan dan
keterwakilan kelompok dalam membangun jejaring dengan lembaga lain.
B.
Penerapan
Sapta Pesona.
Bidang etika dan keamanan adalah pilihan utama yang banyak dipilih
oleh komunitas terutama di Jayapura. Hal ini bertujuan
untuk memberikan penyuluhan bagi
komunitas wisata bahari karena berkaitan dengan interaksi langsung dengan wisatawan yang datang berkunjung. Pendidikan
etika penting dilakukan karena berkaitan juga dengan salah satu butir sapta
pesona Dinas Pariwisata yaitu keramahtamahan yang diberikan komunitas pengelola
wisata bahari terhadap wisatawan. Serta bagaimana menjaga keamanan yang
diberikan oleh penyuluh dari Dinas Pariwisata, isi dari penyuluhan tersebut
kurang lebih bagaimana menjaga stabilitas keamanan di lokasi wisata.
C.
Pelestarian
Lingkungan dan Sumberdaya Alam
Pelestarian Lingkungan dan Sumberdaya Alam menjadi penting
terutama bagi kelestarian ekosistem laut dan daya dukungnya bagi penghidupan
masyarakat pesisir. Dalam bidang ini ada dua unsur pokok yang akan dibahas:
a.
Pelestarian
kawasan pesisir. Bagian ini akan membahas mengenai manfaat, tatacara dan bentuk
rencana aksi masyarakat dalam melestarikan kawasan pesisir agar terus
produktif.
b.
Sanitasi
lingkungan. Bagian ini akan membahas mengenai fungsi dan manfaat kesehatan
lingkungan. Selain itu, juga dijelaskan tentang tata cara pencegahan penyakit
akibat lingkungan wisata bahari yang tidak sehat dan rencana aksi dari
masyarakat sasaran dalam meningkatkan kesehatan lingkungan wilayah pesisir.
c.
Pengelolaan
sampah merupakan bidang yang perlu pembahasan dalam pendampingan LKP komunitas
wisata bahari. Bagian ini akan dibahas mengenai manfaat dan bahaya sampah,
teknik pengelolaan sampah pada area pondok-pondok wisata dan homestay atau
lingkungan pesisir untuk didaur ulang, dipergunakan kembali dan diproduks. Hal
ini berkaitan juga dengan konsep sapta pesona yakni kenyamanan yang dirasakan
oleh wisatawan karena mendapatkan tempat wisata yang nyaman dan bersih sehingga
seimbang dengan keinginan berwisata dari sumber daya alam yang dikunjungi.
Bidang-bidang yang terstruktur di atas selanjutnya dituangkan
dalam bentuk muatan pelatihan guna menetapkan kompetensi yang dikehendaki serta
indikator capaiannya. Perlu diingat bahwa struktur bidang di atas dipilih
berdasar kajian kebutuhan lapangan bagi pemberdayaan komunitas wisata bahari,
termasuk kelompok perempuan dan diskusi mendalam untuk mengungkap pengalaman
pendampingan pemberdayaan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh LKP. Dalam hal
ini adalah penyusunan berdasarkan alur logis (sekuensial). Namun
demikian, bukan berarti bahwa satu bidang harus diselesaikan dengan tuntas lalu
melangkah pada bidang selanjutnya. Sebagaimana ilmu sosial lainnya yang
dinamis, demikian halnya pendidikan untuk pemberdayaan masyarakat pesisir
menerapkan struktur bidang bersifat spiral dan elastis.
Muatan model pelatihan disusun dengan muatan materi dasar dan
indikator capaian yang diharapkan menjawab kebutuhan untuk pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.
Peningkatan kesadaran kritis dalam menyikapi konsep-konsep dasar
dari pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Maluku Tenggara berkaitan dengan
konsepsapta pesona yakni, Keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramahan dan kenangan. Hal yang dominan masih menjadi kendala pada
pengelolaan wisata bahari dari komunitas sendiri adalah faktor keamanan,
kebersihan dan keramahan. Sehingga metode pelatihan difokuskan pada ketiga hal
tersebut.
Berikut disampaikan dalam matriks metode pelatihan pemberdayan
komunitas wisata bahari berbasis pengelolaan wisata di Pasir Panjang Kabupaten
Maluku Tenggara dan Pantai Hamadi Kota Jayapura .
Tabel 1. Matriks isi penyuluhan di komunitas sadar
wisata bahari
No
|
Bidang
|
Kompetensi
|
Materi
|
Indikator
|
1
|
Pengembangan Organisasi
|
Mampu membangun institusi untuk penguatan
diri dan kelompok dengan tujuan yang jelas dan kegiatan yang positif untuk
mencapai tujuan bersama
|
Pengertian, tujuan dan manfaat organisasi
|
a.
Terampil menyusun kebutuhan
prioritas diri dalam kelompok
b.
Terampil menggunakan kelebihan untuk
menajukan diri
c.
Menyusun resncana aksi teknis
pelaksanaan kebutuhan diri dan kelompok serta teknis alternatif jika
menemukan kendala.
d.
Mendampingi kelompok/ individu dalam
rencana aksi
|
2
|
Sapta Pesona
|
Mampu mengetahui isi sapta pesona dan
mengimplementasikan sapta pesona di bidang pariwisata yang dikelola komunitas
|
Keamanan,
ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan.
|
a.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga keamanan tempat
wisata,
b.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga ketertiban tempat
wisata,
c.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga kebersihan tempat
wisata,
d.
Komuitas mampu memahami bagaimana melestarikan tempat yang sejuk
bagi wisatawan,
e.
Komunitas mampu memahami bagaimana menjaga keindahan tempat
wisata,
f.
Komunitas mampu memahami bagaimana beramah tamah dengan wisatawan
yang berkunjung di tempat wisata,
g.
Komunitas mampu memberikan kenangan yang sangat berkesan bagi
wisatawan yang berkunjung
|
No
|
Bidang
|
Kompetensi
|
Materi
|
Indikator
|
3
|
Pelestarian lingkungan dan sumber daya alam
|
Mampu melakukan kegiatan (aksi) sebagai
bentuk kepedulian dalam melestarikan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya
ala
|
Pelestarian kawasan Pesisir
|
a. Mendeskripsikan fungsi dan manfaat
pelestarian kawasan pesisir.
b. Terampil mempraktekkan proses tahapan
pelestarian kawasan pesisir.
c. Mengembangkan rencana kegiatan pelestarian
kawasan pesisir berdasarkan analisis kebutuhan dan kondisi lingkungan.
|
Sanitasi
|
a. Mendeskripsikan fungsi dan manfaat kesehatan
lingkungan
b. Keterampilan melakukan pencegahan penyakit
akibat lingkungan pengelolaan wisata bahari yang tidak sehat
c. Mengembangkan rencana sosialisasi kesehatan
lingkungan terhadap keelompok komunitas wisata bahari
|
|||
Pengeloaan
sampah
|
a. Mengetahui manfaat dan bahay sampah untuk
kesehatan lingkungan
b. Mengetahui teknik dasar pengelolaan sampah
c. Termampil mempraktekan tata cara sampah yang
dapat didaur ulang dan digunakan kembali.
d. Mengembangkan rencana kegiatan pengelolaan
sampah dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) pada pondok-pondok wisata
dan homestay.
|
|||
4
|
Bidang Etika dan Keamanan
|
Mampu melakukan interaksi yang baik dengan
tata bahasa pelayanan dan body langue
kepada wisatawan sesuai dengan SOP.
|
Etika Pelayanan
|
a. Terampil menggunakan tata bahasa yang baik
dan benar sesuai dengan etika berbicara
b. Terampil menggunakan gesture saat memberikan
pelayanan dan interaksi dengan wisatawan
c. Mendeskripsikan fungsi SOP dengan baik dan
benar.
|
Pelayanan
Keamanan
|
a.
Mengurangi
tingkat pelayanan dalam kondisi tidak normal (Mabuk)
b.
Melatih
pengamanan terhadap barang bawaan wisatawan
c.
Terampil
menjaga keamanan lingkungan tempat wisata.
|
PENJAMINAN MUTU
Untuk penjaminan mutu pelaksanaan komunitas sadar wisata bahari ini dibutuhkan kerjasama antara dua lembaga, yaitu: LKP dan Dinas Pariwisata atau stakeholders yang terlibat dalam penyuluhan di komunitas sadar wisata bahari ini. Contoh bentuk evaluasinya adalah sebagai berikut:
Untuk melakukan evaluasi penyuluhan sapta pesona yang dilakukan Dinas Pariwisata kepada komunitas:
VARIABEL : Persepsi Proses Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
INFORMASI
YANG DIBUTUHKAN
|
INDIKATOR
|
METODE
|
RESPONDEN
|
WAKTU
|
|
TEKNIK
|
INSTRUMEN
|
||||
Persepsi Proses
Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
|
1.
Bagaimana Pengetahuan Komunitas terhadap sapta pesona
|
Wawancara
|
Kuesioner
|
Anggota Komunitas
|
Awal Kegiatan
|
2.
Bagaimana kualitas materi penyuluhan yang diberikan
|
Wawancara
|
Kuesioner
|
Anggota Komunitas
|
Awal Kegiatan
|
PENILAIAN: Persepsi Proses Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
INFORMASI YANG
DIBUTUHKAN
|
INDIKATOR
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
SKOR
|
Persepsi
penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
|
1.
Bagaimana Pengetahuan Komunitas terhadap sapta pesona
|
1.
Kemampuan menjelaskan maksud dan tujuan sapta pesona
![]()
5
4 3 2 1
|
2
|
2.
Bagaimana kualitas materi penyuluhan
|
1.
Apakah materi yang diberikan oleh penyuluh sudah sesuai dengan sapta
pesona
BS B C K KS
![]() |
4
|
|
J U M L A H
|
6
|
Penilaian informasi yang didapatkan
INFORMASI
YANG DIBUTUHKAN
|
INDIKATOR
|
JUMLAH
SKOR
|
N
|
MEAN
|
Persepsi
Penyuluhan oleh Dinas pariwisata
|
1.
Kemampuan menjelaskan maksud dan tujuan sapta pesona
|
2
|
1
|
2
|
1.
Apakah materi yang diberikan oleh penyuluh sudah sesuai dengan sapta
pesona
|
4
|
1
|
4
|
|
J U M L A H
|
6
|
2
|
3
|
PENILAIAN VARIABEL : Persepsi Proses Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
Mencari rata-rata skor atau mean didapatkan dari dengan menggunakan rumus :
M =

Keterangan: M = Mean atau Rata-Rata
∑ = Jumlah
N = Jumlah Instrumen
Indikator Persepsi Proses Penyuluhan oleh Dinas Pariwisata
1. Penilaian Kemampuan menjelaskan maksud dan tujuan sapta pesona dengan nilai rata-rata:
M = 2/1 = 2
2. Penilaian Apakah materi yang diberikan oleh penyuluh sudah sesuai dengan sapta pesona dengan nilai:
M = 4/1 = 4
Hasil dari penilaian indikator persepsi proses penyuluhan oleh Dinas Pariwisata mendapat Pelaksanaan Pembentukan Komunitas nilai rata-rata :
M =

Gambar 1
Garis Kontinum Penilaian Variabel persepsi proses penyuluhan oleh Dinas Pariwisata





![]() |

KETERANGAN :
- Katergori BAIK SEKALI berada dalam wilayah skor 4,50 – 5.0
- Kategori BAIK berada dalam wilayah skor 3,50 - < 4,5
- Kategori CUKUP berada dalam wilayah skor 2,50 - < 3,5
- Kategori KURANG berada dalam wilayah skor 1,50 - < 2,5
- Kategori KURANG SEKALI berada dalam wilayah skor 3,50 - < 4,5
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persepsi tentang penyuluhan oleh Dinas pariwisata kepada Komunitas yang diprakarsai oleh LKP berada pada skor 3 yang berarti adalah cukup, namun harus dipertajam dalam materi terkait maksud dan tujuan sapta pesona kepada komunitas.
PENUTUP
Harapan dari tim pengembang adalah komunitas yang telah dibentuk oleh LKP dapat mengimplementasikan sapta pesona yang telah diberikan oleh tenaga penyuluh dari Dinas Pariwisata setempat sebagai wujud mengembangkan kemampuan secara mandiri khususnya dalam pengelolaan wisata bahari.
Dengan syarat LKP dapat membentuk komunitas sesuai penduan pembentukan komunitas sadar wisata bahari dan melakukan kerjasama dengan Dinas Pariwisata atau stakeholders yang berkepentingan dalam bidang pariwisata.
Komentar
Posting Komentar